If you read my blog you might find absurdities on it, but after that I am sure you will find out that I am a decent human being. So, let make friends! Much love from me, Perempuan Toraja :)
RSS

Sabtu, 18 Desember 2010

See you in 2011

I'll be taking my days off in two days for two weeks. I'll be in touch with these office things in January 3rd, 2011.
I am hoping this leave will bring me to the new me when I get back. Not the whole new me, I like some part of me, no, most part of me. I just need to recognize my own reflection way better. 2010 has brought me here, not much achievement. Need to fix things up here and there, trying to get what I deserve, forgiving and let go of things.

Its seven days before Christmas, I wish something nice would happen anytime soon around Christmas time. I think I've been getting along so well with my life this last 12 months, less tears, more happy, laugh often. That is too bad I am still holding on to something that doesn't worth my time, burdened by something that killing me slowly inside without me realizing. Forgive and forget, let it go. 

Leaving 2010 with heart broken, oh please, like I never felt this way before. I learned my lesson well, I guess. I promise my self for more laugh, lesser tears, and be happy in the upcoming 2011. Work harder, hope even higher, drag out my self from madness, hatred, and grief. Its time to gather with family, and trying to search again the forgotten Lord. I'll be okay in 2011, we will get along even better, Life!

Rabu, 15 Desember 2010

Yak, saya emang bukan orang yang ramah.

Sometimes I am an asshole, but I am a good friend ( for my friend ), I am a bitch, but I am also a good lover ( ask my ex ) its just sometimes. And I think so does everybody.
Saya cuma bisa basa basi seadanya, I am suck at basa basi. Kalo gak mood saya diam terkadang judes, I am a straight talking person. Kalau tiba saatnya saya harus berbasa basi entah mengapa saya merasa gak nyaman, dan bersalah karena merasa telah melakukan kebohongan. Sometimes I pretended enjoy the conversation, but I didn't. And people always can tell, my face just can't lie, I can't control my words. Seringkali terdengar judes dan tidak bersahabat. Ketika marah saya pastikan orang itu tau, karena saya merasa rugi kalo orangnya gak tau, hahaha. Buang energi tauk! Begitu pula ketika jatuh cinta, obvious banget. I am an all out person, when I say I love you, I mean it. I say what I mean, and I mean what I say. So, make sure orang itu juga ngerasain apa yang saya rasain.

Saya gak pernah buang waktu membuat orang yang gak suka sama saya, untuk bisa menyukai saya, kecuali emang saya yang salah. Kalau orang tidak menyukai saya karena alasan yang mereka ciptakan sendiri, padahal saya tidak pernah merasa melukai perasaan orang, ya biarkan saja. Yang saya tanamkan dalam diri saya adalah bahwa I can not please everyone, can not satisfied every soul. So what? Is that make me a bad person? Find a better reason. There just somethings that people say, people love to talk. So I will give them show to watch, stories to share with others. Because sometimes I do the same. We're even :)

But, if it comes to the time for being real, oh yes, you really can count on me! As I count correctly, I have plenty of friends, a good friends indeed. I don't wanna go wasting my time, finding out which one among them are real or not, only time would tell. Saya bukan pendendam, saya mengungkapkan perasaan, setelah itu, done! Saya berusaha sebisa mungkin untuk memaafkan, kecuali untuk satu hal, nngggg.... lupakan saja. Hey, saya juga manusia biasa kan? Boleh lah tidak memaafkan satu hal.

Menjadi sportif, itu penting, salah ya minta maaf. Kalau sudah maafin, gak boleh diungkit lagi. Menjadi teman yang baik, supportif, bisa diandalakan, setia kawan, itu sangat penting. That is why I love my friends. Kebanyakan dari sahabat-sahabat saya, adalah sahabat sejak dulu kala. We get along so well. Anyway, I've been trying to be a more friendly person, or almost friendly person, without being someone else. Apa intinya sih saya ngepost ini? Apa pentingnya buat yang baca? Mungkin enggak ada buat orang lain, tapi buat saya penting, supaya saya ingat terus bagaimana kekurangan saya ini, supaya saya berkaca, ketika saya bilang orang lain itu gak selalu benar, ternyata begitu pula saya. Dan kita semua begitu, saya pikir. Kalau ada yang bilang saya gak ramah, mungkin mereka benar, ada benarnya. Supaya saya bisa belajar lebih ramah (tanpa banyak basa basi tentunya).

Kamis, 09 Desember 2010

Road To Remember

Bukan cerita serius, yang pasti nyata.Bukan juga curhat menye-menye bak ABABIL, yang tengah jatuh cinta atau patah hati (seperti yang biasa saya lakukan)

Saya cuma tiba-tiba ingat tentang perjalanan saya bersama teman jalan saya setahun yang lalu di Thailand. Ada satu bagian dari perjalanan kami itu dimana tak banyak dari teman2 saya, yang saya ceritain tentang perjalanan saya, tahu tentang bagian yang satu ini. Bahkan kalau keluarga saya tahu, saya mungkin tak aka di relakan lagi pergi berjalan2, yang juntrungannya gak jelas seperti kemarin ( setidaknya itu anggapan mereka ).


Ini bukan cerita aib. We were not misbehave. We were just miscalculating the time.
Pagi itu kami pergi muter2 Phuket, jadwal kami selanjutnya adalah jam 1 siang akan dijemput oleh travel agent ke terminal bus di kota sebelah untuk melanjutkan perjalanan ke Bangkok. Ya, kami dengan gagahnya memutuskan mengambil jalan darat dari Phuket ke Bangkok, yang jaraknya jauh itu, sekitar 14 - 16 jam naik bus, kalau saya gak salah hitung (lagi). Padahal kalau naik pesawat saja ongkosnya cuma lebih mahal 200 ribu, dan gak sampai 1 jam udah sampai di Bangkok, kalau saya (lagi2) gak salah hitung. Setelah lelah mutar2 Phuket, kami kelaparan lalu kami ke mall beli makan dan roti buat bekal di bus, plus shopping2 gak penting. Jelas saja, kami tertinggal! Agent kami sudah menjemput di hotel, tapi kami tak kunjung nampak. Setelah sadar tertinggal, kami menghampiri agent kami yg counternya di pinggir jalan dekat hotel, dan kami pun dimarahin, dannn... tiket kami hangus, jadi harus beli tiket, udah semahal tiket pesawat aja. Dan kami tetep memutuskan jalan darat. Gambaran situasi kali itu, bingung, siang terik panas, muka jutek si agent. Tapi ajaibnya kami berdua baik2 saja, tak masalah kalau harus membayar lagi, suasana hati kami berdua tenang, tanpa kesal satu sama lain, karena yang satu lebih lamban dari yang satunya. Tidak saling menyalahkan, kami santai (meski sedikit bingung) menikmati kebodohan kami, tetap bercanda dan ketawa2 seperti biasa. Karena dalam bayangan saya, yang kira2 akan terjadi adalah satu diantara kami akan mulai jutek dan kesal, menunjukkan indikasi menyalahkan yang satunya, dan nyolot, entah sama agent atau malah sama teman sendiri. But we were totally okay :)


Akhirnya, kami di drop di Phuket town, untuk menunggu bus kami di pinggir jalan yang akan membawa kami keluar kota, entah kota apa namanya untuk kemudian berganti bus menuju Bangkok, tentu saja kami membayar lagi biaya tambahan buat bayar si supir ini, dan sekarang ongkosnya udah lebih mahal daripada naik pesawat. Datanglah bus kami, bus antar kota biasa, seperti di Indonesia, hanya saja banyak bule nya. Start jam 3 sore, mungkin rada lewat dikit, dan tiba lah kami pukul 9 malam di "I-Dont-Know-What-City-Is-This". Kondisi waktu itu gelap, sepi, hujan, horor! Entah kota macam apa ini, sepi, kotanya tidak juga kecil, ruas jalan nya juga besar, 2 jalur lebar2, di sisi2 jalan berjejer ruko, yang sepi pengunjung, pencahayaan minim. Tipikal sepanjang jalan di Thailand, tiap beberapa meter, dipajang lah bak billboard, Poto the  royal family, diberi pelataran, dupa2, kembang2. Poto si nenek, si raja, si ratu, si puteri, si anu si itu. Di dominasi warna emas, justru poto2 ini yang menurut saya bikin suasana kota terkesan kaku, galak, tua, angker, old school, dan tentu saja horor! gak seru lah pokoknya mah,  menurut saya sih. 


Kami diberhentikan di pinggir jalan, tadinya saya pikir akan di terminal bus, pada pukul 9 malam. Abang2 bus cuma teriak "Bangkok... Bangkokkk..!", saya emang buta arah, tapi saya tau kami masih jauh dari Bangkok, karena kami seharusnya tiba subuh di Bangkok. Dan kota ini bukan Bangkok banget, saya sok tau karena gak sama seperti Bangkok yang ada di tipi2. Melihat raut wajah saya yang sempat panik, saya tau teman saya ini juga ketakutan kami bakal nyasar, salah bus, atau malah sudah ketipu! Yang bikin agak tenang ternyata beberapa bule yang bersama kami berangkat dari Phuket Town juga ikut turun, akhirnya saya tanya, dan ternyata tujuannya juga ke Bangkok. Begitu turun dari bus, serta merta ada Tuk-Tuk yang menghampiri, seolah2 dia adalah utusan untuk menjemput kami dan juga para bule2 ini. saya menyaksikan si bule berdebat dengan si supir, karena tidak bersedia membayar ongkos, karena menurutnya tiket yang mereka beli di agent adalah sudah jumlah total sampai ke Bangkok. Entahlah kami sih ikut saja, paling tidak saat ini kami berdua merasa lebih aman. Naiklah kami ke Tuk-Tuk dan tentu saja tetap harus membayar, bersama ke empat bule2 pria yang muda dan tentu saja ganteng (gak ngaruh). Tuk-Tuk yang berasa bemo ini, ya mungkin kakaknya bemo, di penuhi oleh backpack2 kami, ketahuan sudah kami emang isinya turis2 backpacker yang low budget, meski begitu kami masih menolak naik pesawat yang ongkosnya murah loh, entah bodoh atau sombong kami ini. 

Tuk-Tuk mulai menyebrangi jalan besar, masuk ke jalan yang mulai menyempit, satu jalur, diantara ruko2 yang sudah tutup, gelap, jarang penduduk lalu lalang, heran! Lalu terus jalan lagi ke daerah yang jarak antar bangunan makin berjauhan, makin sepi, makin gelap (what the fak?!). Saya mulai ketakutan, tapi sebisa mungkin tidak menunjukkan ke teman saya, dalam perjalanan ini, dia mempercayakan sama saya, jangan sampai saya dikira tour partner yang enggak credible, dia diam, saya tau dia cemas (banget), saya akhirnya tanya lagi ke si bule "Where are we going?", si bule cuma mengangkat bahu "I don't know", tapi mereka tenang2 saja. Dan Tuk-Tuk lalu memasuki jalan setapak, aspal rada bolong2, geradakan, di sisi kanan, ada sawah (apa2an ?!?!?), sisi kiri pohon2 rindang, seolah hutan. Kami ini sebenernya mau ke terminal bus, atau mau ke markas human traficcking?? But I remained silence. Berdoa yang kenceng, dan yakin kami tidak tertipu, tersesat, apalagi akan di jual! Tuk-Tuk kembali ke jalan yang benar! beraspal rata, lebih terang, dan lebih ramai, turun seorang kawan bule di Tuk-Tuk kami yang autis itu, di depan sebuah rumah yang halamannya banyak bule2 gembel (seperti kami) dengan backpack2 berserakan, sungguh bukan tampilan sebuah terminal bus, mungkin rumah bordir atau markas apalah. Pemberhentian kami tidak sama dengan si bule autis itu, kata si supir. lalu Tuk-Tuk kembali ke jalan yang salah lagi!! Masuk ke jalan setapak, seperti pemandangan sebelumnya, pohon kelapa, semak2, dan... tetretettt... sisa penumpang diturunkan di depan sebuah rumah tua, remang-remang, tetangga gak ada, eh ini bukan rumah, tapi warung, halamannya juga banyak bule2 turis dengan tumpukan backpack di bagian tengah dari halaman rumah, ahhh... jadi disinilah kami akan lalu di perjual belikan, plakkkk!! Tentu saja tidak, disinilah kami akan lalu menunggu bus yang akan membawa kami ke Bangkok, AMAN! 


Menumpang bus double deck, berwarna pink, seat berwarna pink, selimut berwarna pink, duduk di deck atas, sambil nonton tipi bersama, film perang Amerika. Sungguh bus ini gak ada di negara kita. Meski norak, tapi bersih dan ciamik, yang penting sepanjang jalan kami tetap hangat. Tak banyak yang bisa disaksikan sepanjang jalan hingga tiba di Bangkok pukul 5 subuh lewat dikit. Tak ada pemandangan luar biasa, sebelum terlelap di bus karena udah nyaris tengah malam, kami mengobrol, kami letih, tapi kami senang, lalu kami membahas tentang perjalanan horor tadi, dan kami mengakui kami memang ketakutan (sama aja!), sebelum tertidur saya cuma ingat, perjalanan ini mungkin adalah bagian terbaik dari seluruh rangkaian perjalanan liburan saya kali itu. Muterin KL bolak balik, ke Singapore, dan berakhir di Bandung. Benar saja, terlepas dari betapa indahnya pantai Phuket, dan bagusnya Bangkok, atau bandara2 yang besar2 itu, bagian ini lah yang paling berkesan buat saya. Kami bisa saja naik pesawat, tapi bagi saya perjalan satu malam itu luar biasa, dan gak rugi. I love the way it thrilled me! Seru pokoknya mah.


Dan inilah foto pemandangan sepanjang perjalanan sebelum sampai ke "I-Dont-Know-What-City-Is-This" .

P.S : Gak sempat ambil poto waktu tiba di kota horor itu, gak kepikiran. Maklum sedang dalam kondisi cemas. Hahaha.





Pemandangan gak asing banget
Berasa Perjalanan Ke Tana Toraja
Tiket Bus























Berasa Di Kalimantan